“INDAH ITU MEMBINGUNGKAN”
Yasin Zebri
“Tak
semua yang indah itu bahagia...”
“Tidak,
tidak!!!”
“Saya
yakin indah itu berakhir bahagia.. Saya yakini itu”
“Sebentar...
Apa alasan Saya bahwa tak semua yang indah itu bahagia dan indah itu berakhir
bahagia? Saya heran dengan perbuatan Saya sendiri yang kadang ya memang begitu.
Terkadang atau yah kadang-kadang Saya berpikiran untuk berpikir ulang tentang
pikiran Saya sendiri yang Saya pikir mesti dipikir-pikir lagi”
Saya, cerita ini mengisahkan Saya yang
menjadi tokoh utama. Tak peduli orang yang membaca bingung atau menganggap
cerita ini atau kisah dalam cerita ini tidak jelas. Umpamanya. Karena memang
harus begitu, harus bingung. Sama seperti Saya yang bingung. Bingung yang tak
jelas. Kisah ini bermula bukan disebabkan oleh kejadian-kejadian yang
menyakitkan bukan pula yang melelahkan. Yah bisa jadi Saya ini bingung dalam
kebingungan. Tak seperti orang lihat dan orang alami. Bingung yang membuat Saya
bingung. Tapi kenapa Saya harus memulainya dengan bingung? Mungkin hanya
bingung lah yang bisa membuat Saya bingung. Saya bingung untuk menjelaskan secara rinci
kebingungan itu sendiri agar tidak menjadi membingungkan. Nah, Saya ingat! Saya
juga bingung apa yang harus diperbingungkan. Semula Saya bingung arti
keindahan. Setelah itu Saya pun bingung harus melihat indah itu dari mana. Ada
yang mengatakan indah itu demikian, Saya pun sudah mulai tidak bingung. Tak
khawatir. Tak usah khawatir. Saya yakin sebentar lagi Saya akan menjadi bingung
kembali.
Sejenak Saya mulai menjadi nakal. Saya
mencari informasi dan bertanya-tanya tentang indah atau keindahan, begitu
katanya. Ada yang bilang “Damai itu indah” yang berarti Saya mulai memahami
bahwa indah itu berawal dari damai. Saya
mulai bingung, jika damai adalah awal dari indah, lalu mengapa harus ada
kebencian ketika terjadi kesalahpahaman? Di situ kadang Saya merasa sedih. Saya
lihat kembali dan Saya mulai kembali pencarian arti atau makna atau apalah yang
berkaitan dengan indah dan kemudian Saya menemukan bahwa “Yang indah itu
pertemuan”. Saya pun berpikir, jika pertemuan itu indah, mengapa pertemuan
selalu berakhir dengan perpisahan? Bukankah indah itu berakhir bahagia?
Katanya.
Saya
bosan, padahal hanya 2 kali gagal mencari arti. Dan sepertinya rasa penasaran
sudah meracuni otak Saya. Dengan harapan yang tinggi Saya pun mulai kembali
mencari. Kemudian Saya menemukan mereka entah kaum atau kalangan yang
menyebutkan “Cinta itu indah dan indah itulah cinta”, mungkin ini saatnya waktu
yang tepat untuk menarik nafas sedalam-dalamnya dan menengadah sambil mengeluh
“Betapa alay-nya Saya ini”. Mengapa harus cinta yang disebut indah? Mengapa
harus cinta? Padahal Aku, tidak.. mereka juga bahkan kalian sering patah galah
dibuat olehnya.
“Dayat....!!!”
“Cepat
keluar, Dayat!!!” suara di balik pintu.
Oh,
tidak! Saya sudah menghabiskan banyak waktu untuk melamun.
“Oke,
oke... Sii.. siaaaaaap!!!” Jawaban Saya.
“Saya
akan keluar...”
Saya
baru sadar selama ini ternyata Saya berada di toilet. Ah, itu tidak menjadi
masalah selagi itu tak membuatku terganggu walaupun sampai sekarang Saya masih
saja menjadi orang yang bingung akibat kebingungan yang membingungkan.
Tak
sengaja Saya melihat papan yang bertuliskan “Bersih itu indah” dan itu pun
membuatku tersenyum geli. Tanpa pikir panjang Saya lanjutkan berjalan di tengah
koridor sampai tak terasa Saya melihat tanpa sengaja di led televisi tepatnya
mata Saya fokus pada tulisan “Sehat itu indah”. Ah, lagi-lagi otakku harus
berpikir secara keras. Apa boleh buat??? Kata itu mengingatkan Saya pada kata
yang tadi. Jadi kesimpulan Saya adalah “Kenapa harus bersih dan sehat yang
disebut indah jika semua orang memperebutkan atau memperlakukan keindahan atau
hal yang indah dengan cara yang kotor dan tidak sehat? Di situ kadang Saya merasa
sedih.
***
Masih terjebak dalam kebingungan yang
membingungkan. Iya, hanya itu. Tak ada lagi kosakata yang bisa mewakili rasa
ini kecuali bingung atau mungkin bisa saja menggunakan kata gelisah, tapi
sepertinya tidak cocok. Hah! Kalau berbicara tentang bingung memang tak ada
habisnya bagi Saya saat ini.
Ingatkan ku semua, wahai sahabat
Kita untuk selamanya, kita percaya
Kita tebarkan arah dan tak pernah lelah
Ingatkan ku semua, wahai sahabat
Kita untuk selamanya, kita percaya
Kita tebarkan arah dan tak pernah lelah
Ingatkan ku semua, wahai sahabat
Ingatkan ku semua, wahai sahabat
Kita untuk selamanya, wahai sahabat
Kita bagai cerita, wahai sahabat
Ingatkan ku semua, wahai sahabat
Lantunan itu membuat Saya semakin bingung saja.
Saya kira tidak nyambung. Tidak ada kaitan antara makna dari lirik lagu itu
tentang rasa kebingungan Saya ini. Namun Saya menikmatinya. Harus Saya akui
itu. Tapi tidak ada salahnya kan jika Saya berpendapat bahwa lagu itu tak
memberi Saya inspirasi tentang sesuatu yang indah itu bagaimana? Ah, semakin
tidak jelas alur cerita ini! Semakin bingung Saya dibuatnya. Belum lagi
peliknya permasalahan atas keindahan masih belum terurai. Yah, Saya berharap
sebentar lagi siapapun dapat mengerti dan paham setelah Saya sendiri tentunya
yang faham dan mengerti. Adalah tidak masuk akal apabila cerita yang Saya tulis
untuk menceritakan Saya sendiri ini ujungnya ternyata Saya masih belum faham
dan mengerti tentang Saya sendiri. Pada akhirnya bolak-balik tak menentu. Biarlah
waktu yang menjelaskan tentang apa itu keindahan yang membuat Saya bingung
sampai saat ini. Yang ada dalam pikiran Saya mulai sedari tadi adalah bahwa
Saya sangat menikmati kebersamaan dengan mereka. Mereka yang selalu hadir dan
tak peduli dengan apa yang menjadi penghalang di sekitar. Ada-ada saja mereka. Cukup
pintar mengalihkan suasana. Nuansa yang redup menjadi terang selagi ada mereka.
Tak lengkap cerita ini jika hanya ada Saya seorang. Tak lengkap cerita ini jika
tidak ada mereka dan harapan Saya adalah agar waktu menjadikan mereka perantara
untuk mengupas arti dari ke-indaha-an. Pastinya saat Saya bersama dan berada
diantara mereka semua.